Sabtu, 14 Maret 2015

I DON’T LIKE MONDAY; SENIN KELABU, BASAH, MERANA DAN SENDU (9 Februari 2015)




Prolog tragedy 9 Februari 2015

Senin, 9 Februari 2015, adalah hari yang gue rasa nggak mungkin gue lupain seumur hidup gue. Ya semua orang tahu, se Indonesia raya pun tahu bahwa di tanggal itu Kota Jakarta tercinta ini, dilanda musibah banjir. Walaupun bukan siklus banjir 5 tahunan, namun bisa dibilang cukup parah, karena juga membuat kawasan Ring 1 (Istana Negara dan sekitarnya kebanjiran juga).

Di hari itu juga gue menjadi korban banjir juga, yang nyaris membuat gue nggak bisa pulang ke rumah, dan harus berjuang untuk bisa pulang ke rumah.  Dan saat itu gue merasa begitu kecilnya kita dimata Sang Pencipta, di tengah musibah ini.

Alhamdulilah semua bisa dilalui juga. Dan disini akan gue paparkan gimana rasanya ikut menjadi dan merasakan yang namanya Banjir. So,enjoy the story!
 


Ngantor seperti biasa, parkiran Apartemen Centro masih aman.

Aktivitas gue di hari itu, gue awali seperti biasa siklus karyawan pada umumnya. Bangun pagi, sholat subuh, sarapan, (sebelumhya mandi lho ya!), dan siap siap ngantor. Jam "Orient" di dinding rumah menunjukkan pukul 05.50. Jarak rumah – kantor yang cukup lumayan, yaitu 33 km, membentang dari Jakarta Timur menuju ke Jakarta Barat, tepatnya di Jalan Daan Mogot raya (seberang Indosiar) yang merupakan tempat tujuan gue. Hari ini masih gerimis saja, namun sehari sebelumnya di hari Minggu, hujan turun nggak berhenti di Jakarta. 

Gue pun berangkat kerja di jam 06.00 pas dengan style celana panjang bahan, kaos oblong, dan sendal swallow serta balutan Jas Hujan Rosida xxxxl yang menemani perjalanan gue kali ini. Baju kemeja dan sepatu gue bungkus kantong plastik, dan gue masukkan ke tas travel time gue, yang dilanjutkan di packing dengan rapi di box givi type e20 yang terpasang di bokong Vinny (my lovely bike, Vixion 2010) sebagai top box (karena desain aslinya untuk side box).

Lanjut ritual harian dari rumah ke Kantor pusat di seberang Indosiar, terbilang biasa, kemacetan tandar aja di beberapa titik, seperti di Cawang BNN, Jembatan stasiun Cawang, Casablanca dan Tanah abang. Jam di BB 9650 gue menunjukkan 08.05 saat sampe di parkiran apartemen Centro. Karena masih gerimis, dengan cueknya peralatan tempur tetep gue pake sampe ke kantor. Jadi bisa dibilang isi box saat gue saat itu kosong. Bahkan helm pun masih gue pake, karena saat itu gerimisnya masih cukup deras.

Dikarenakan kondisi kantor yang sedang renovasi, maka pihak kantor pun memutuskan untuk memindahkan parkiran motor. Tepatnya di apartemen Centro, di gg.macan (belakang kfc daan mogot), seberang BCA. Jaraknya lumayan, kurang lebih hampir 1 km. Tapi gpp, itung itung olaharaga, hehehe.




Di gedung inilah si Vinny parkir. Parkirannya di sebelah kanan dari gerbang ini ada gedung kantor pemasaran, dan areanya buat parkir motor. (gambar dari google) 

 
Sampe kantor pun biasa, bebersih dan berganti pakaian, namun tetap bersandal jepit, dengan alasan masih basah..hahaha… Di ruangan kantor saat itu gue adalah peserta pertama yang datang. Biasa, karyawan teladan…hahaha…





 Jaket dan helm pun gue taro di meja yang masih kosong di ruangan gue, hehehe......



Datangnya dua rekan Kerja, dan Situasi terbaru Jakarta.

Waktu terus berjalan, dan sudah masuk waktu kerja gue di jam 08.30 pagi. Gue nyalain laptop, dan memulai pekerjaan seperti biasa. Kemudian datanglah satu per satu rekan rekan kerja gue di satu departemen ini dateng. Ada Pak Edison yang tinggal di daerah Ciracas baru tiba jam 09.00. Dilanjut 09.15 Manager gue juga baru dateng, dengan alasan macet juga. Disitu kita juga masih sempat berbincang soal hujan di Jakarta yang masih terus turun.  Oh ya, dua rekan gue yang lain, Rizal dan David sedang berada di cabang Tanah tinggi tangerang dan Erwin tidak masuk karena sedang sakit.

Waktu terus berjalan, jam di dinding menunjukkan pukul 10.00. Nggak lama setela itu, muncul dua rekan gue, yaitu Ando, dan section head gue Rudolf.  Muka lelah terpancar dari mereka berdua. Ya, mereka bikers juga. Ando dari UKI tempat dia menitipkan motornya karena dia tinggal di Cikarang, Rudolf dari Jati Asih. Mereka juga membawa jas hujan mereka yang sudah mereka lipat dan dimasukkan dalam kantong plastik. Terlibatlah percakapan diantara gue bertiga.

G (gue), A (Ando), R (Rudolf)

G : “ woi bro…tumben baru sampe kalian bertiga?”
A : “iya bro, macet gila sepanjang jalan Gatsu..beberapa titik air udah menggenang”
R : “Sama bro, area Casablanca sama Roxy juga udah mulai macet dan sedikit tergenang”
G : “ouww parah juga ya?”

Nggak gue sangka, berbeda kurang lebih 2 jam, bisa membuat kondisi jalanan Jakarta menjadi berbeda dari biasanya. Namun saat itu kita masih belum kepikiran jakarta akan kebanjiran. 



Bercanda lihat berita Banjir Jakarta di Internet


Selesai obrolan kerja dilanjut. Bahkan sesekali kita melempar candaan tentang hujan kali ini yang masih terus turun. Disela sela kerja kita juga melihat kondisi Jakarta terupdate, mulai dari situs berita, sampe dari status media sosial. Saat itu bisa dibilang kita semua bersyukur, karena bisa sampe kantor tanpa harus kena macet parah.

Obrolan santai, sedikit menjadi agak menjadi perhatian kami semua, ketika Manager kami memberi tahu bahwa salah seorang temannya (dari kantor lain) memberi kabar bahwa dia stuk di tol dalam kota karena macet. Dan kondisi dia sudah 4 jam (dari jam 6 pagi) di dalam kendaraan. Hal ini spontan membuat kita kembli mengecek hape masing masing untuk mencari info tentang kondisi Jakarta saat itu.

Dan dari ebberapa situs berita sudah diberitakan bahwa area ring 1 Istana Negara sudah banjir, Bundaran HI juga. Beberapa status temen temen gue di bbm juga bilang putar balik karena nggak bisa ngantor. Dan kita saling bertukar info melalui gadget masing masing tentang berita Jakarta saat itu. Bahakn beberapa dari kita sempat bercanda, bahwa enak sekali yang kantornya kebanjiran, karena mereka jadi nggak ngantor hari itu..hahaha…

Nggak lama sekitar jam 11.00 siang, all line telepon di kantor mati. Tidak bisa panggilan keluar, hanya bisa di antar extension saja. Jadilah kami sedkit “santai” dalam bekerja. Karena kerja kami salah satunya bergantung dari line telepon ini. Dan altivitas browsing di gadget masing masing kembali kita lakukan sambil menyelesaikan pekerjaan yang lain.

Cukup kaget juga, karena saat baca di internet (via hape), bahwa area Jakarta utara udah banjir. Sunter, kelapa gading, cempaka putih, sudah tergenang. Namun saat itu kita masih posisitf thinking depan kantor tidak akan banjir, karena sudah dilakukan peninggian jalan beberapa bulan yang lalu. Sebelumya di tahun 2013 dan 2014 depan kantor banjir parah sampai ke arah seberang dalam Indosiar.



Kabar yang mengejutkan ! 

Kembali bekerja menyelesaikan tugas, dan seiring waktu berjalan, nggak terasa Jam di layar laptop gue menunjukkan pukul 11.50. Hmm bentar lagi makan siang pikir gue. Suara hujan sudah agak mereda, namun terdengar masih gerimis. Karena posisi ruangan departemen gue yang agak di belakang, bisa dibilang kita nggak bisa lihat hujan. Hanya megandalkan suara yg terdengar saja.

“bling bling” bunyi notification BBM di BB 9650 gue dan gue cek saat itu jam 11.57. Saat itu gue lagi mau makan siang bekal yang gue bawa dari rumah. Setelah 3 suap, baru  gue buka bbm dan gue lihat ada pesan dari rekan di HRD, Wiwi namanya, yang memberi info bahwa gg.macan sudah banjir selutut, dan parkiran bawah apartemen centro sudah sebetis. Karyawan yang bawa kendaraan diminta untuk mindahin kendaraannya.

Njirr, cukup kaget  juga gue terima kabar ini. Nggak lama langsung gue bales “beneran nih? Info dari siapa?”

Dan balesannya “dari kurir cabang yang dateng ke sini (pusat)”. “buruan pindahin motor elu, gue aja juga mau pindahin posisi mobil gue”

Wah kalo ini mah valid infonya. Nggak mungkin kurir kantor bohong. Coba kontak temen di departemen Accounting, juga membenarkan info tersebut. Mereka juga akan mengevakuasi motor mereka yang ada di sana. Menurut mereka, Pihak Apartemen tidak bisa telepon ke kantor karena telepon mati. Hal ini juga diamini pihak security di bawah.

Oh no… awalnya mau makan malah jadi kepikiran… Gimana ini?? Gimana nasib motor gue? Aman? Atau…jangan….jangan…?? ahh daripada bingung gue mutuskan untuk evakuasi motor gue dulu dari parkiran. Ditemani Rudolf, Section Head gue, kita pun jalan ke Apartemen Centro, dengan misi yang sama : Menyelamatkan motor kita masing masing! Dan kita pun kembali memakai jas hujan, sendal jepit dan helm, untuk jalan ke apartemen Centro.

Dan setelah turun sampe di bawah (karena rangan gue di lantai 3), kaget lah apa yang gue lihat di depan kantor. Arah ke Cengkareng macet total, sedangkan arah ke Grogol lancar. Saat kita maju ke depan hingga sampai di jalan raya, tambah terkejutlah kita, pandangan ke arah cengkareng sungguh luar biasa. Tepat di deapn gg. Macan, depan KFC, air menggenang setinggi lutut orang dewasa. Alamak! Gimana nasib motor gue di sana?? Mana kondisi sat itu masih gerimis pula….Ya Allah….Jangan - jangan motor gue….Aaarrgghhh.....



And the Evacuation is begin ! Wait for me, Vinny !

Okey..okey..stop! buang dulu pikiran itu. Tenangkan diri..! Sekarang targetnya adalah, sampe ke apartemen Centro! Dengan perasaan yang campur aduk, galau, kesal, gue pun coba lawan dan terobos banjir ini. Cukup sulit dan berasa berat juga ayunan langkah kaki berjalan di dalam air selutut ini. Terkadang gue juga sedikit terperosok juga, mengingat kontur jalanan yang tidak rata juga. Namun dengan tekad dan semangat yang kuat, beratnya langkah di air bisa gue kalahkan, dinginnya cuaca bisa gue lawan, basahnya baju dan celana bisa gue hiraukan. I must saved my bike! Sabarlah Vinny! I’m coming! It doesn’t matter I’m gonna wet! Evacuation must go on! Please GOD, don’t make a heavy rain again!

Setelah susah payah berjalan (sampe terbawa arus juga karena ada mobil yang lewat), akhirnya gue sampe juga di apartemen centro. FYI, parkiran jatah untuk kantor gue ada di posisi agak ke bawah. Dan gue liat disana…oh no…sunggu view yang mengejutkan! Air sudah meninggi, walaupun tidak setinggi air di jalan gg macan (karena di depan apartemen da semacam tanggul kecil). Bahkan kantor pemasarannya pun sudah tergenang air juga.

Posisi parkir Vinny termasuk aman, air hanya sampai tepat di blok mesin bawah. Namun untuk evakuasinya, harus sedikit menerjang cekungan air yang ada sebelum tanjakan. Karena gue lihat posisi air masih di bawah blok mesin, artinya mesin masih aman untuk langsung dinyalakan. Gue coba stater, daan Viola!! Mesin menyala sempurna tanpa sendat! Alhamdulilah… Bersyukur masih menggunakan motor sport yang posisi ground clearence nya masih lebih tinggi dibanding bebek atau skutik.

Tengok ke belakang, ternyata motor Mio Rudolf box cvtnya sudah sedikit tergenang air. Wah parah juga di area parkiran yang agak belakang ini. Disitu gue berpesan sama Rudolf untuk jangan dinyalakan dulu. Namun karena melihat posisi knalpot yang masih lebih tinggi, Motor coba dihidupkan dan akhirnya hidup sempurna tanpa berebet. Jadilah kita berdua naik ke atas, mengendarai kuda besi masing masing mindahin motor ke lokasi yang lebih tinggi, sesuai saran dari security di sana.

Sampe di parkiran atas, Rudolf merasa motornya tidak bisa berakselerasi seperti biasanya. Oleh teman dari departemen lain yang memiliki matic juga, akhirnya dibantu melepas selang hawa yang ada di box cvt, dan diminta untuk di gas dengan poisisi standar tengah. Dan Air mengucur dengan banyaknya dari lubang selang hawa tersebut. (gile…ckckck…)

Motor sudah diparkiran yang aman. Namun kegaluan kembali melanda hati kami dan teman teman sekantor. Masa iya cuman mindahin gini aja? Gimana pulang nanti? Masak capek capekan lagi ke sini? Setelah diskusi, akhirnya diputuskan motor kita bawa masuk ke parkira kantor. Dengan alasan biar saat pulang lebih mudah. Oh ya berbeda dengan para pemilik mobil, yang disediakan parkiran agak ke atas, mereka aman, jadi tidak perlu mindahin mobilnya ke dalam kantor.

Namun hati kembali galau ketika mau evakuasi motor ke kantor. Lewat mana? Ya, karena jalanan gg.macan depan apartemen centro banjir selutut. Sangat sulit di terjang. Akhirnya coba melobi satpam kantor BNI, di seberang centro (yang mengarah ke jalan daan mogot), akhirnya diijinkan melintasi kantor untuk samp ke depan (jl. Daan mogot).

Akhirnya gue terjanglah jalan itu, bersama Rudolf dan teman teman kantor lainnya. Masuk ke kantor BNI melaui pintu belakang, lalu bersiap menyebrang. Dan ketika menyebrang sukses merapat di jalur busway, gue kudu muter di bawah flyover. Sukses kembali. Dilanjut menerjang bajir kembali (tepat seberangan dengan gg.macan). Alhamdulilah dilalui tanpa kendala. Tepat jam 13.30 saat gue parkirin motor di kantor. Fiuh..cukup lama juga proses evakuasinya. Oh ya, saat evakuasi, si Ando tidak ikut, karena saat terlambat, dia sudah  numpang parkir di kantor karena sudah kesiangan.

Setelah itu, lanjut bekerja kembali. Kepikiran proses evakuasi tadi, membuat gue jadi nggak nafsu makan siang lagi. Yang ada malah memikirkan gimana caranya pulang nanti…huufff…

Dan setelah proses evakuasi and menenangkan diri, gue pun kerja seperti biasa. Namun pikiran sudah tidak fokus untuk kerja. Sesekali melihat hp untuk mengecek tentang berita Jakarta. Rasa was was sempat menghantui, namun karena canda tawa rekan rekan kerja di sela sela pekerjaan, membuat hati ini tidak terlalu risau. Mindset kita saat itu adalah selama tidak ada berita banjir seputaran grogol dan sekitarnya, maka kami anggap area tersebut aman, dan tidak perlu ijin pulang cepat. 



Is it Real ? Yes it's really heavy traffic ! the hell's street !

Nggak berasa waktu udah nunjukkin jam 17.30, yang artinya waktunya kita pulang kantor. Berbekal pengalaman tadi siang, kita bertiga memutuskan untung langsung pulang aja.  Sampe di parkiran, dan kita melihat kembali pemandangan di seberang sana (jalan arah ke Cengkareng) yang kembali membuat kami tercengang! Ternyata, macet total sodara sodara! Hampir semua kendaraan roda 4 mematikan mesin kendaraanya. Bukti kalo memang macetnya memang sangat parah! Tapi herannya kenapa tidak ada info dari kantor untuk segera pulang cepat ya? Tapi ya sudahlah…we must go home now! Hujan gerimis juga masih berlangsung saat itu, sehingga diputuskan jas hujan kita kenakan langsung.




yang ke arah kanan adalah arah ke Cengkareng. Yang ke kiri arah ke Grogol. Efek banjir di gg.Macan. Foto saat gue mau otw pulang.

Sebelumnya kami bertiga sempat mengecek jalanan di depan dulu. Dan begitu kami menoleh ke arah kiri (ke arah Grogol), oh la la…ternyata macet juga sodara sodara! Depan kantor kosong karena tidak semua kendaraan berani menerobos banjir yang ada di seberang gg. Macan tadi. Banyak terlihat beberapa motor yang batuk batuk, dan sedang bongkar busi. Ada yang sedang geber geber mesinnya juga. Yaa ampuun…. Akhirnya gue dan Rudolf memutuskan untuk cek kondisi jalan dulu melalui jembatan penyebrangan Indosiar. Dari atas jembatan viewnya sama aja, tetap padat. Namun bisa kami pastikan genangan hanya terdapat di sebelah kiri. Jadi kita pastikan untuk lewat jalur busway saja.

Start bertiga dengan Ando, yang ternyata pak Edison ikut bonceng si Ando untuk bareng sampe di Grogol. Jalur yang kita gunakan adalah di jalur busway. Cukup lama juga selap selip dan menunggu disini. Entah berapa lama ikutan stuk juga di jalur ini karena gue nggak pake jam tangan, dan BB ada di saku atas di dalam jaket dan kondisi juga masih gerimis. Dari jalur busway, kita memotong ke jalur kiri, setelah melewati genangan yang dalam. Karena kita lihat di jalur paling kiri ini, motor masih bisa berjalan walaupun sangat perlahan. Saking parahnya jalanan macet, lebih cepat orang yang berjalan kaki melewati kita, hehehe…

Rombongan kita bertiga sempat terpisah ketika mulai memasuki lampu merah grogol. Sempet kepikiran untuk coba berhenti di SPBU lampu merah grogol, namun dalam pikiran gue saat itu adalah “I must go home now!”. Jadilah motor gue jalankan lurus. Saat itu posisi gue sudah riding sendiri, terpisah dari Rudolf dan Ando, karena gue sempat melihat mereka bisa lolos lebih dulu dari kemacetan yang ada. Dari situlah gue tahu bahwa posisi gue di belakang mereka.

Sampe lampu merah Grogol, langit sudah gelap. Terlihat arus lalu lintas yang sangat semrawut saat itu, yang sudah tidak jelas kemana saja arah mobil yang mau lewat. Ada beberapa polisi juga yang berjaga. Lihat ke arah kiri, ke arah Pluit, lalu lintas di tutup. Ya berita dari situs warta di internet, memberikan informasi bahwa area sana beberapa sudah tergenang sejak siang tadi. Sempet berhenti sebentar kira kira 5 menit dengan posisi tetap di atas jok motor untuk mengumplkan energi, guna melajutkan perjalanan lagi. Disini gue sempat bersyukur karena bersama si Vinny, bukan si Melon. Entah kalo sama si Melon, mungkin masih di depan kantor posisi gue…atau malah Melon terpaksa gue tinggal di kantor…(amit amit). Dalam masa isitrahat itu, gue juga mendengar info dari orang orang di sekitar, bahwa arah Roxy juga sudah tergenang, dan nggak bisa dilalui. Ya udahlah, emang gue nggak mau lewat Roxy kok.

Selesai berisitrahat, gue memutuskan untuk lanjut lagi. Vinny gue arahkan ke depan, ke arah kolong jembatan Grogol. Perlahan gue lalui, kembali selap selip diantara kopaja. Dan tiba disaat ada kopaja yang ngerem mendadak di depan gue, yang membuat reflex gue harus ngerem mendadak, dan membuat kaki kanan gue turun dari foot step untuk menahan bobot motor yang miring ke kanan. “byur” terdengar suara air ketika kaki kanan gue turun dari footstep. Tapi gue rasain lho kok berasa kaki dingin yah? Gue cek ke kanan bawah, oh lala, ternyata air sudah semata kaki sodara sodara. Itu posisi saat gue masih diatas motor loh. Gila! Gelapnya kondisi saat itu membuat gue nggak ngeh dengan kondisi sekitarnya, meskipun lampu motor menyala normal.

Kembali jalan perlahan dengan menahan gas sekitar 2500 rpm agar mesin tidak mati, Vinny gue pacu  belok kiri naik ke arah jembatan Grogol. Posisi saat itu semakin maju air semakin tinggi, makanya gas gue tahan biar nggak drop. Akhirnya dengan susah payah, gue dan Vinny berhasil sampe ke atas jembatan grogol. Dan ternyata di atas kondisinya pun sama, sudah macet total juga. Selap selip kembali diantara mobil mobil untuk bisa sampe ke depan, ke arah turunan jembatan grogol.

Setelah posisi motor sampai di puncak jembatan, gue melihat sesuatu yang aneh. Ya, ada genangan air di depan sana, tepat di depan Koramil Grogol. Dan gue juga lihat banyak sekali bikers yang parkir di arah ujung jembatan tepat di depan genangan air tesebut. Ohla la… whats wrong in there?

Gue coba menepikan Vinny tepat di depan gerbang Trisakti, dan memutuskan untuk coba berjalan ke arah sana. Alamak!! Ternyata banjirnya dalam! Yang jelas sudah sepinggang orang dewasa! Gue kira yang dalem cuman di depan Trisakti doang seperti biasanya, ternyata tidak! Beberapa biker mencoba terabas dan akhirnya mesinnya mati, dan beberapa bikers gue lihat mencoba nerobos air dengan kondisi mesin dimatikan, lalu di dorong hingga mencapai seberang  (dekat dengan pintu masuk tol Grogol). Entahlah apa motor mereka bisa dinyalakan di ujung sana. Lemas lah hati ini melihat kondisi jalan seperti tu…dan gue memutuskan kembali ke parkiran dimana tempat si Vinny berada.

Coba kontak Rudolf, untuk menanyakan posisinya dimana, karena logikanya kalo dia tadi di depan gue, harusnya gue melihat dia di deretan depan tadi. Dan ternyata posisi Rudolf ada di belakang gue parkir. Kira kira terhalang 5 mobil. Dan dia pun akhirnya maju nyusul gue utuk ikutan parkir. Jadilah gue berdua meratapi nasib, stuck di atas jembatan Grogol ini.

Setelah itu, kita coba kabarin kondisi kelaurga masing masing via hape. Dan gue pun menghubungi Adek gue untuk bilang kondisi terkini yang gue alamin. Setelah selesai, dilanjut Obrol obrol dan baru keingetan sama si Ando! Ya, kemana rekan kita yang satu itu? Coba call nggak diagkat. Ya sudahlah pasrah, mugkin dia sudah sampe depan, sukses menembus banir, mengingat rumahnya paling jauh diantara kita, yaitu di Cikarang. Dan Rudolf pun ke jalan depan untuk melihat lihat kondisi di depan. Setelah puas dia kembali dan kembali gantian gue yang ke depan untuk melihat kondisi terkini. Namun ternyata belum ada perubahan, dan tidak ada pertolongan dari mobil TNI. Ojeg gerobag ternyata ada, namun hanya dua, dan itu pun gerobaknya kecil sekali. Motor bebek aja ngepas untuk naik ke sana, apalagi motor laki kaya si Vinny. Mungkin malah tidak muat… Huff….akhirnya gue pun kembali ke parkiran.

Sampe di parkiran, ternyata si Ando sudah ada di sana, bersama Rudolf dan pak Edison juga. Cerita punya cerita, ternyata dia tadi mampir SPBU di Grogol tadi untuk membeli makanan dan isi bahan bakar. Dan jadinya kita berempat seperti anak hilang, yang bingung bagaimana caranya untuk pulang. Suasana saat itu cukup mencekam juga, karena rasa lapar sudah mulai menghampiri kami. Dan pak Edison pun berbagi biskuit roma yang dia beli tadi di minimarket sebagai pengganjal perut. Oh iya, selama proses kita menunggu yag berharap air surut, dan akhirnya ada beberapa mobil nekad menerobos, yaitu truk dan bus besar. Disini Rupanya Bus P.02 jurusan Kp.Rambutan - Kali Deres Mayasari Bakti ikutan merayap. Lalu pak Edison izin untuk naik bus tersebut untuk kembali ke rumah. Hati hati pak di jalan... dan tinggal kita lah ber tiga disini.



Cuman ini foto yang gue coba abadikan, mengingat harus menghemat batre Hape.  Ini foto saat gue sudah maju ke arah Universitas Tarumanegara.




Waktu terus berlalu, entah sudah berapa lama kita menungu disini. Ando sempat mengajak gue sama Rudolf utuk “berenang” terabas banjir, dengan menutup lubang knalpot dengan tas plastik. Gue menolak, dengan alasan mesin motor kita bertiga sudah injeksi, jadi riskan jika dipaksakan, meski mesin dimatikan. Khawatir ada korsleting listrik yang bisa mengacaukan fungsi dari ECU nya nanti. Meskipun kita coba dengan cara cabut aki.

Rupanya beberapa bikers di depan sudah mulai emosi dan kehabisan kesabaran. Mereka mencoba untuk menjebol pagar BRC yang menjadi pembatas jalur arteri dengan tol dalam kota. Pagar sukses dirobohkan oleh para bikers dan dijadikan alas untuk motor turun. Namun, rupanya masih ada 2 batang pipa besi penghalang lagi yang jadi kendala. Ya, karena pipa itu membuat ancang ancang motor untuk diangkat menjadi terlalu tinggi. Hanya motor bebek saja yang bisa diangkat dengan mudah tanpa khawatir mentok. Disini para bikers bergotong royong saling membantu mengangkat motor.

Karena tidak semua motor bisa langsung lewat, Lalu para bikers mencoba alternatif kedua : maju menerobos banjir sampai titik awal perbatasan pagar, naik ke atas perbatasan itu, dan riding kembali melewati pembatas kembali ke titik awal pagar yang dirobohkan, baru dibantu diturunkan kembali oleh bikers yang stand by disana. Trik ini cukup berhasil, namun hanya motor bebek dan matik saja yang bisa lewat. Itu pun dengan syarat, sampe di ujung, motor harus bisa dihidupkan, karena jalur naiknya pas satu motor, dan motor tidak bisa dituntun, harus dikendarai.

Beberapa bikers yang tidak sabar, mencoba salah satu dari kedua trik ini, yang hasilnya bisa dilihat, arus motor menumpuk di sisi pagar yang sudah dirubuhkan tersebut. Baik dari arah atas yang sudah berhasil naik dari ujung, maupun dari arah jembatan. Saat itu gue lihat ada mobil PJR Jasa Marga yang berhenti, dan petugasnya nampak berbincang dengan para bikers yang ada. Sempat terbesit sedikit harapan ketika petugas PJR Jasa marga itu datang. Namun tidak lama, mobil petugas pergi meninggalkan area tersebut . Oh noo…

Disitulah gue merasa gue merasa kecil dihadapanNya. Ya, gue pun nggak bisa berbuat apa apa menghadapi ini semua. Tidak ada perbekalan, hanya sebungkus biskuit roma yang dibeli oleh si Ando tadi di mini market di spbu grogol tadi yang sudah habis kami makan berempat. Tidak ada pertolongan juga yang datang. Mau putar balik sudah tidak bisa, karena jalur dibelakang sudah padat. Kalau pun bisa, mau ke arah mana, mengingat jalur di bawah juga sudah menggenang…. Disinilah sepanjang hidup gue, akhirnya merasakan penderitaan sebagai “korban banjir”.

Nggak lama kita bertiga melihat mobil Jasa Marga kembali menepi di dekat pagar yang sudah roboh tadi. Namun ada yang berbeda, yaitu ditemani mobil PJR dari PATWAL! Ando pun bergegas lari ke depan untuk melihat sikondnya, begitu juga dengan gue dan Rudolf. Motor kita tinggal di parkiran.

Disana gue melihat bahwa semula pagar besi yang melintang, sudah berhasil dijebol oleh para bikers. Dan kalo melihat bekasnya, seperti dipotong dengan gergaji. Entah apakah dari petugas Jasa Marga yang membawakan atau bukan, kurang jelas juga infonya. Yang jelas, salah satu sisi besi itu sudah terpotong, dan kemudian besi itu di bengkokkan ke atas, sehingga membuka celah kembali untuk dilalui motor.  Akhirnya beberapa motor berhasil melaluinya dengan mudah, meskipun harus diangkat juga. Tapi paling tidak, diangkatnya tidak perlu terlalu tinggi seperti masih posisi dua batang besi terpasang.
Dan kita bertiga kembali berkumpul di tempat parkiran. Akhirnya disepakati kita lompati itu pagar itu, dengan saling bahu membahu angkat motor kita bertiga gantian. Mulailah kita mengantre bersama orang orang disana untuk saling mengangkat motor.

Setelah lama mengantre, akhirnya gue dan ando bisa di posisi di depan. Namun apa yang terjadi? Ternyata orang orang tidak ada yang mau membantu mengangkat motor gue sama Ando, yang notabene emang motor laki. Kebanyakan yang ditolong adalah motor bebek dan matik. Akhirnya dengan gagah berani, si Ando turun dari motor, dan spontan mengangkat roda depan motornya. Gue pun spontan standarin motor gue, dan membantu mendorong motornya dari belakang. Dan akhirnya beberapa orang membantu aksi gue berdua.

Hal yang sama gue lakukan di motor gue. Disaat proses pengangkatan terdengar bunyi “krek” dari motor gue, namun gue teriak ‘lanjuut” Dan alhamdulilah motor gue berdua akhirnya bisa “nyebrang” ke jalan tol. Di dalem jalan tol gue cek ternayata cuman spakbor gue yang patah, karena tadi sempat tegelincir rodanya ke batang besi itu saat proses evakuasi. Tapi nggak apa apa lah, yang penting stater masih bisa jalan.

Motor Rudolf karena cuman Mio, dengan mudahnya dibantu orang orang disana. Sebagai rasa syukur gue karen motor udah dibantu, akhirnya gue sama Ando gantian membantu mengangkat motor orang orang yang ada. Setelah sekitar 4 motor kita bantu turunin, akhirnya kira mundur, gantian dengan orang yang sudah dibantu tadi.

Disana gue nggak bisa ambil foto, dikarenakan dengan alasan etika. Namun ketika gue browsing, gue menemukan gambar ini. Yah meskipun gue sendiri juga udah agak agak lupa apakah ini yang barengan gue atau sebelum gue, atau bahkan setelah gue nggak tau juga lah. Berikut ini fotonya yang gue dapet dari pasangmata.detik.com



Foto gue edit sedikit biar lebih terang. Tampak motor yang mencoba turun untuk masuk ke dalam jalan tol




Setelah itu, dari PJR menyuruh kita untuk segera meninggalkan lokasi agar tiadk membuat kemacetan di tol. Bersiap siaplah kita untuk perjalanan pulang.

Saat mau pulang, ada Bapak bapak meminta tolong kepada gue untuk minta dibantu derek motornya keluar dari tol, karena tidak bisa hidup. Lalu gue coba minta tolong kepda Ando apakah bias dibantu, dan akhirnya temen gue ini mengiyakan. Ditarik dengan tambang yang memang sudah disiapkan dari si pemilik motor, yang ternyata digunakan sebelumya untuk mengikat barang bawaanya.

Setelah oke, meluncurlah kita di jalan tol, menggunakan bahu jalan, dan keluar di gerbang tol terdekat, dimana sudah ditunggu oleh mobil ajsa marga juga disana, yang mengarahkan para biker untuk keluar. Saat berjalan menuju pintu keluar tol, gue lihat di sebelah kiri banyak para bikers yang mencoba menghidupkan mesin motornya. Gue rasa mereka ini yang tadi mencoba terobos banjir dengan cara dituntun tadi. Dan ini adalah kedua kalinya Vinny melintasi jalan tol, setelah sebelumnya di tahun 2014 Gue juga melintasi jalan tol, namun jalan tol jagorawi tmii - cawang

Si bapak tadi kita derek sampe di dekat flyover pancoran, karena gue inget disana ada bengkel yang masih bua sampe malem. Si Ando pun ketika sudah masuk arteri langsung meluncur meninggalkan gue berdua Rudolf untuk mengantarkan bapak tadi ke bengkel. Gue sengaja menunggu Rudolf, karena motor dia kembali trouble karena gasnya tidak bisa dibetot lebih kencang lagi. Gejala slip belt cvt rupanya, jadi motornya cuman bisa dipacu maksimal 40 km/jam saja.

Sampe di loaksi bengkel ternyata bapak tadi baru saja melepaskan tambang ikatannya dari motor Ando. Nggak lama bapak tadi mengucapkan terima kasih kepada kita bertiga. Dan Ando pun langsung pamit bablas meninggalkan gue berdua Rudolf yang masih jalan perlahan. Sampai di BNN, berpisahlah gue sama Rudolf, dia ke kiri ke arah Kali malang, sedang gue lurus ke arah Halim.

Sampai di daerah  Pinang ranti arah SMA 48 ada genangan cukup dalam disana. Namun karena sebelumya pernah lewat sini tingginya masih bisa dilalui oleh si Vinny, jadi go show aja. Tampak di depan ada motor matik sempat kesulitan dalam menerobos genangan ini yang tingginya sebetis kaki orang dewasa. Setelah lolos, gue injak dan tahan tuas rem belakang agar teromol panas dan membuat kering. Setelah yakin rem depan belakang sudah kembali pakem, gas gue bejek lagi menuju Tamini square dan lanjut pulang. Kondisi saat itupun masih gerimis, sama seperti saat sore guepulang kantor.

Sampe rumah akhirnya gue cek di BB gue tertera jam 00.30. Alhamdulilah, Syukur gue panjatkan kehadiratmu ya ALLAH SWT sehingga gue sampe di rumah dengan selamat, tanpa kurang satupun, kecuali spakbor depan yg patah tadi saat proses ekevakuasi. Tapi gpp, itu bisa dibeli, yang penting sampe rumah dulu. Sunguh, mimpi buruk yang sangat mengerikan buat gue, di tanggal 9 februari 2015 ini.

Setelah mandi dan bersih bersih, gue pun tidur dengan lelapnya hingga Subuh menjelang, dan memutuskan untuk tidak masuk kantor, khawatir bisa sampe tapi tidak bisa pulang. Tentu saja Manager gue dan Rudolf sudah gue kabari tentang hal ini.



Epilog, yang tertinggal dari banjir kemarin

Berikut ini foto foto yang gue cari di Internet saat banjir berlangsung. Lucunya ternyata di lokasi gue itu sudah banjir sejak siang, namun infonya tidak ada saat gue cek di internet kemarin. Silahkan nikmati foto foto nya :



 Didepan Trisakti......



Grogol sudah sejak siang banjirnya....terlihat Patas itu saat gue sampe disana masih belum di evakuasi

sumber : pasangmata.com dan Metro tv.